3.Pengukuran Sampel
Dalam melakukan
pengukuran sampel,banyak hal yang kita harus perhatikan,pertama apa yang ingin
kita ukur?.Berdasarkan percobaan diatas yang ingin diketahui adalah jeruk
tersebut manis atau asam ,sehingga yang kita ukur adalah jumlah gula yang ada
dalam jeruk tersebut.Kedua teknik atau cara apa yang dipilih untuk mengukur
jumlah atau kadar gula yang ada dalam sampel.Teknik yang dipergunakan adalah
teknik yang standar untuk mengukur kadar gula,teknik standar tersebut adalah
teknik yang sudah direkomendasi oleh para ahli kimia. Dalam pengukuran kita
selalu melakukan pengamatan untuk mendapatkan data-data hasil pengukuran.selama
melakukan pengamatan ,kita selalu tidak terlepas dari kesalahan.
Perhatikan kasus
ini,Risty,Resa,dan fikri volume dari sebuah buret yang dipergunakan untuk
melakukan analisa kadar gula.dari eksperimen yang dilakukan secara bersama
mereka memiliki pendapat yang berbeda.menurut risty volume yang dipergunakan
adalah 34,7 ml ,resa berpendapat volume yang digunakan adalah 34,6 ml,sedangkan
pengamatan fikri volumenya 34,5 ml.
Selain munculnya
kesalah pengamatan dari factor manusia,kesalahan juga dapat muncul dari alat
yang kita pergunakan,jika risty mengukur volume dari buret,dimana buret yang
dipergunakan berbeda-beda.pada pengamatan pertama menggunakan buret A dan risty
menyimpulkan volumenya sebanyak 34,5 ml,pada pengukuran pada buret B volumenya
adalah 34,6 ml.Sedangkan pengamatan ketiga yang menggunakan buret C,volumenya
adalah 34,7 ml.hal ini menunjukkan kesalahan terjadi pada pengukuran yang
disebabkan oleh factor alat,kesalahan ini sering disebut dengan instrumental
error.untuk mengurangi kedua kesalahan tersebut,maka setiap pengukuran harus
dilakukan dengan ulangan.pengukuran volume atau berat sampel tidak cukup dengan
satu kali pengukuran,namun dilakukan beberapa kali misalnya tiga,enam ,atau
sepuluh kali ulangan.
Pada pengukuran
kita selalu menggunakan teknik atau metode yang standar,metode tersebut telah
memenuhi beberapa criteria seperti peka,presisi,akurat,selektif dan
praktis.metode yang dipilih harus peka dan sensitive,memiliki makna bahwa
metode ini dapat menetapkan kadar atau konsentrasi dengan daya beda yang baik
,misalnya metode ini dapat membedakan konsentrasi 0,0001 M dengan 0,00012 M.hal
ini berbeda jika metode hanya dapat membedakan perubahan konsentrasi dari 0,001
M dengan 0,0001 M.jika kita mendapat sampel dengan hasil pengukuran 0,0005
M,hasilnya sangat meragukan kebenarannya.
Metode yang
dipergunakan harus memiliki presisi yang baik,memiliki arti bahwa dalam satu
pengukuran,metode yang dipergunakan selalu memberikan hasil pengukuran yang
memiliki nilai berdekatan atau hamper sama.misalnya misalnya dari 3 kali pengukuran didapat data 10,10
mm,10,08mm, dan 10,09 mm.metode yang dipergunakan harus memiliki akurasi yang
baik.hal ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan mendekati nilai sebenarnya. untuk lebih mudah
memahami presisi dan akurasi dapat kita perhatikan kasus dibawah ini.
Jika kita melakukan
penimbangan hasil pemisahan satu sampel obat ,dengan dua alat timabangan ,dari
tiga kali penimbangan,dengan menggunakan timbangan pertama di dapat data
480,495, dan 505 mg,dengan timbangan kedua didapat data 460,465, dan
470.padahal nilai sebenarnya dari kadar parasetamol dalam obat tersebut adalah
500 mg,sesuai dengan label obat tersebut.hasil ini menunjukkan bahwa timbangan
pertama timbangan pertama lebih akurata di bandingkan timbangan kedua,namun
timbangan kedua memilih presisi yang lebih baik dibanding timbangan pertama.
Metode memiliki
sifat selektif artinya metode tersebut memang tepat dan hanya cocok untuk
proses analisis sampel.kehadiran zat-zat lain tidak berpengaruh pada proses
analisis sampel.sebagai contoh misalnya analisis boraks.pertama melakukan test
pendahuluan untuk mengetahui bahwa di dalam sampel terdapat senyawa boraks
yaitu natrium tetraborat,sampel ditambahkan asam sulfat pekat dan
methanol.selanjutnya dilkukan uji reaksi nyala,keberadaan boraks diketahui
dengan adanya nyala yang berwarna hijau.jika kita tidak yakin dengan percobaan
ini,maka dapat kita lakukan percobaan lain,seperti mereaksikan sampel dengan
perak nitrat,jika terjadi endapan putih dan senyawa perak metaborat,menunjukkan
adanya boraks dalam sampel.
Analisis secara
kuantitatif dapat dilakukan dengan menitrasi larutan sampel dengan HCL.reaksi
pendahuluan dan analisis harus memberikan kepastian bahwa zat yang kita uji
adalah boraks,mislanya endapan putih yang terjadi memang spesifik karena adanya
senyawa perak metaborat dalam sampel.selektifitas dari metode analisis umumnya
sangat ditentukan oleh ke spesifikan reaksi,jika terjadi reaksi yang spesifik
antara sampel dengan pereaksi maka otomatis metode sangat selektif.
Kritria terakhir
adalah metode bersifat praktis,artinya percobaan mudah dikerjakan,prosedur dan
teknik yang dipergunakan sederhana .waktu yang dilakukan melakukan analisis
relative lebih cepat,mengingat banyak senyawa kimia yang mudah berubah karena
waktu penyimpanan sampel terlalu lama.untuk mendapatkan teknik atau metode yang
ideal atau memenuhi seluruh criteria diatas cukup sulit,sehingga kita juga
perlu mempertimbangkan aspek sampel seperti macam dan jumlah sampel yang akan
di analisis,tujuan analisis dan peralatan yang tersedia.tujuan utama yang harus
dipenuhi dalam analisis adalah ketepatan,ketelitian,dan selektifitas.